Transformasi Rumah Adat Balai Padang Sebagai Hunian Tradisional Suku Dayak Bukit Di Kalimantan Selatan
DOI:
https://doi.org/10.31815/jp.2017.12.33-44Kata Kunci:
Rumah Adat Balai Padang, rumah kayu, transformasi rumah, Suku Dayak Bukit, metode membangunAbstrak
Rumah adat Balai Padang merupakan hunian tradisional Suku  Dayak Bukit, yang masih dapat ditemui di Pegunungan Meratus, Provinsi Kalimantan Selatan. Namun kini, keberadaan rumah adat Balai makin sulit ditemui, karena masyarakat lebih memilih untuk membangun rumah kayu dibandingkan rumah adat Balai. Fungsi hunian komunal pada rumah adat Balai telah berubah menjadi fungsi hunian pribadi pada rumah kayu. Hal ini menjadi penyebab rumah kayu sering diasumsikan sebagai rumah tradisional suku Dayak Bukit. Fokus pada tulisan ini untuk menganalis proses dan penyebab terjadinya transformasi dari rumah adat Balai Padang yang merupakan fungsi hunian komunal menjadi rumah kayu yang merupakan fungsi hunian pribadi. Aspek yang dianalisis meliputi transformasi fisik yang terjadi dari rumah adat Balai Padang menjadi rumah kayu, dan faktor-faktor penyebabnya. Transformasi fisik yang terjadi diperoleh melalui metode observasi lapangan, sedangkan faktor-faktor penyebab transformasi diperoleh dari hasil wawancara mendalam. Dari observasi lapangan ditemukan bahwa terdapat perubahan mendasar pada konsep ruang dan fungsi bangunan antara rumah Adat Balai Padang dengan rumah kayu. Faktor penyebab transformasi tersebut adalah keinginan penghuni sendiri. Keleluasaan gerak yang terbatas menjadi faktor dominan pemicu masyarakat memilih untuk membangun hunian pribadi, hal ini dapat dilihat dari sempitnya ruangan menjadi alasan terbesar yang dipilih responden untuk pindah ke rumah kayu. Pada proses membangun,  ditemukan bahwa 80% rumah kayu yang ada dibangun oleh tukang yang hanya menguasai metode membangun rumah konvensional, sehingga menghasilkan desain rumah kayu yang berbeda dengan rumah adat Balai Padang.
Â
Referensi
Nayoan, Stephanie Jill, dan Johansen Cruyff Mandey. 2011. “Transformasi sebagai Strategi Desain.†Media Matrasain 8 (2) : 117-130 http:// ejournal.unsrat.ac.id [diunduh 11 Juli 2016].
Pratiwi, Wiwik. 2009. “Tourism in Traditional Bali Settlement : Institutional Analysis of Built Environment Planning.†Saarbrücken: VDM Verlag Dr. Muller.
Antoniades, Anthony C. 1992. “Poetics of Architecture : Theory of Designâ€. New York: John Wiley and Son.
Sesotyaningtyas, Mega, Wiwik Dwi Pratiwi, dan Jawoto Sih Setyono. 2015. “Transformasi Hunian Dengan Perspektif Spasial dan Tatanan Budaya: Komparasi Permukiman Kumuh Bang Bua, Thailand dan Kampung Naga, Indonesia.†Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning 2 (2): 116–23.
Riwut, Tjilik. 1987. “Kalimantan Membangun Alam Dan Kebudayaanâ€. Yogya : PT Tiara Wacana.
Radam, Noerid Haloei. 2001. “Religi suku Dayak Bukit. Suatu Lukisan Struktur dan Fungsi dalam Kehidupan Sosial-Ekonomiâ€. Yogyakarta: Yayasan Semesta.
Noor, Bani Muchammad, Naimatul Aufa, dan Dila Nadya Andini. 2007. “Anatomi Rumah Adat Balaiâ€. Ikoma – Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
Suptandar, J. Pramudji. 1999. “Disain Interior: Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa Disain dan Arsitekturâ€. Penerbit Djambatan, Jakarta.
Noor, Bani Muchamad, Tony Atyanto Dharoko, Arya Ronald, dan Heddy Shri Ahimsa-Putra. 2012. “Bubuhan: A Concept As A Basis For Development Case: Resettlement Program Of Dayak Meratus Tribes In South Kalimantanâ€. 1st Biennale – International Conference on Indonesian Architecture and Planning. http:// eprints.unlam.ac.id. [Diunduh 8 November 2016].
Wilson, Forrest. 1984. “A Graphic Survey of Perception and Behaviour for The Design Professionsâ€. USA: Van Nostrand Reinhold.
Moore, T. Gary. 1979. “Pengkajian Lingkungan Prilaku dalam Introduction to Architecture. . England: Mc.Graw Hill. Inc.
Tambunan, Damelina B. 2009. “Atribut Yang Menjadi Pertimbangan Konsumen Dalam Membeli Produk Perumahanâ€. Jurnal Manajemen Bisnis 2 (2): 141 - 153.