Persepsi Masyarakat Terhadap Nilai-Nilai Signifikan Demi Keberlanjutan Pusaka Perkotaan

Penulis

  • Zya Dyena Meutia Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur dan Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha No.10 Kota Bandung 40132
  • Roos Akbar Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur dan Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha No.10 Kota Bandung 40132
  • Denny Zulkaidi

DOI:

https://doi.org/10.31815/jp.2018.13.104-111

Kata Kunci:

Nilai-nilai signifikan, keberlanjutan, persepsi masyarakat, kawasan pusaka, Banda Aceh

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memberi kontribusi pemahaman mengenai nilai-nilai signifikan yang membentuk pusaka dan merumuskannya dari pemahaman persepsi masyarakat. Dalam literatur, pusaka adalah proses budaya dan sosial yang berhubungan dengan kegiatan mengingat dan membentuk identitas. Tentunya pemahaman ini berbeda dari gagasan bahwa pusaka hanya berupa objek material yang memiliki nilai sejarah dan estetika saja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif eksploratif dengan pengumpulan data menggunakan survei online dalam bentuk kuesioner dan mengambil kasus di kawasan yang terkena dampak bencana tsunami 2004 di Banda Aceh yaitu kawasan kapal PLTD Apung, Masjid Uleu Lheu dan sekitarnya yang terdapat pemakaman massal, hutan bakau dan tempat-tempat lain yang muncul pascabencana. Hasil analisis dan data survey menunjukkan bahwa teori yang didominasi oleh pemahaman barat berfokus pada nilai-nilai material, usia, autentisitas dan integritas kurang berlaku dalam kasus pascabencana dimana yang lebih signifikan adalah nilai-nilai intangible seperti nilai memori, spiritual, konsensus, pengetahuan lokal dan nilai-nilai lainnya yang perlu dipikirkan kembali sebagai dasar dalam menetapkan sebuah kawasan pusaka demi keberlanjutan pusaka perkotaaan.

Referensi

Aikawa. F ,N. (2009). From the Proclamation of Masterpiecesto the Convention for the Safeguarding of Intangible Cultural Heritage. In L. Smith & N. Akagawa (Eds.), Intangible Heritage. New York: Routledge.

Ananta, A., dan Onn, L. P. (2007). Aceh : A new Dawn. Singapore:ISEAS.

Babbie, E. (2004): The practice of social research, Wadsworth/Thompson Learning, Belmont.

Bordens, K.S. dan Abbot, B.B. (2005): Research design and methods, McGraw-Hill, New York.

Byrne, D. (2009). A Critique of Unfeeling Heritage. In L. Smith dan N.Akagawa (Eds.), Intangible Heritage. London and New York: Routledge.

Cleere, H. (2001). Uneasy Bedfellows: Universality and Cultural Heritage. In R. Layton, P. G. Stone & J. Thomas (Eds.), Destruction and Conservation of Cultural Property. London: Routledge.

Creswell, J.W. (2009): Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches, Sage, Thousand Oaks.

Dewi, C. (2017). "Re-Thinking Architectural Heritage Conservation in Post Disaster Context," Routledge.

Feilden, B. (2003). Conservation of Historic Buildings. Oxford: Elsevier.

Fredheim, L.H & Manal Khalaf (2016): The significance of values: heritage value typologies re-examined, International Journal of Heritage Studies.

Flyvbjerg, B. (2006) : Five Misunderstandings about Case-Study Research. Journal Qualitative Inquiry, 12 (2), 219-245.

HABITAT III. (2016). "Urban Culture and Heritage". United Nations Conference on Housing and Sustainable Urban Development. Quito.

Jokilehto, J. (1999). A History of Architectural Conservation. Oxford: Butterworth Heinemann.

Kenny, S. (2010). Reconstruction through Participatory Practice? In M. Clarke, I. Fanany & S. Kenny(Eds.), Post­‐Disaster Reconstruction: Lessons Learn from Aceh. London: Earthscan, Ltd.

Labadi, S. (2013). UNESCO, Cultural Heritage, and Outstanding Universal Value : Value-¬based Analyses of the World Heritage and Intangible Cultural Heritage Conventions.

Larkham, P. J. (1996). "Conservation and the City," London: Routledge.

May, M. (2007) : Sensation and Perception, Chelsea House, New York.

Martokusumo, W. (2015). Arsitektur dan Pelestarian: Menuju Pengelolaan Berkelanjutan Bangunan dan Lingkungan Cagar Budaya. Orasi Ilmiah Forum Guru Besar ITB, 25 September 2015.

Meskell, L. (2002). The Intersections of Identity and Politics, in Archaeology Annual Review of Anthropology 31, 279-¬‐301.

Morris, A. (1877). Manifesto of The Society for the Protection of Ancient Buildings, London : Society for the Protectionof Ancient Buildings.

Narimawati, U. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung: Agung Media.

Orbasli, A. (2008). Architectural Conservation. Oxford: Blackwell.

Oskamp, S. dan Schultz, P.W. (1998): Survey research – The quality of life and sexuality, 42-59 dalam Oskamp, S., dan Schultz, P.W., eds., Applied social psychology, 450 hal., Prentice Hall, New Jersey.

Pendlebury, eds. (2009). Valuing Historic Environments. Farnham: Ashgate.

Ruskin, J. (1889). Seven Lamps of Architecture, London : George Allen.

Sekaran, U. (2011). Research Methods for business Edisi I and 2. Jakarta: Salemba Empat.

Smith, L. (2006). Uses of Heritage. Abingdon: Routledge.

Taylor, J. (2015). “Embodiment Unbound: Moving beyond Divisions in the Understanding and Practice of Heritage Conservation.” Studies in Conservation 60 (1): 65–77.

Waterton, E., & Smith, L. (2009). Heritage, Communities and Archaeology: Duckworth Debates in Archaeology. London, UK: Gerald Duckworth and Co.

Unduhan

Diterbitkan

11/24/2018

Cara Mengutip

Meutia, Z. D., Akbar, R., & Zulkaidi, D. (2018). Persepsi Masyarakat Terhadap Nilai-Nilai Signifikan Demi Keberlanjutan Pusaka Perkotaan. Jurnal Permukiman, 13(2), 104–111. https://doi.org/10.31815/jp.2018.13.104-111

Terbitan

Bagian

Artikel