Pelestarian Budaya Lampung dalam Arsitektur Masa Kini pada Bangunan Menara Siger dan Sesat Agung Bumi Gayo
DOI:
https://doi.org/10.31815/jp.2018.13.31-40Kata Kunci:
Identitas, arsitektur, budaya Lampung, siger, pelestarian,Abstrak
Provinsi Lampung kini sedang berfokus pada pelestarian budayanya, dengan mengangkat Siger sebagai simbol budaya dan menjadikannya sebagai identitas baru. Siger dulu berupa mahkota wanita, kini dijadikan konsep pada fasad bangunan pemerintahan dan komersial. Isu penelitian tentang pelestarian budaya Lampung pada bangunan publik Menara Siger dan Sesat Agung Bumi Gayo. Hal ini bertujuan untuk memahami peranan budaya Lampung pada objek studi, mendeskripsikan elemen-elemen arsitektur signifikan, serta konsep tindakan pelestarian budaya Lampung. Metode yang digunakan secara kualitatif, dengan langah-langkahnya: 1) Mengungkap budaya Lampung; 2) Mengungkap elemen arsitektur signifikan pada Menara Siger dan Sesat Agung Bumi Gayo; 3) Tindakan pelestarian budaya Lampung. Temuan penelitian ini: a) Budaya Lampung merupakan budaya yang sarat akan nilai terkait dengan kegiatan, orientasi mata angin, tata massa bangunan, dan juga hasil karya manusia berupa Siger dan kain tradisional. Hal ini juga tercermin pada konsep bangunan Menara Siger dan Sesat Agung Bumi Gayo yang sebagian besar mengambil konsep dasar bermukim masyarakat Lampung dulu; b) Elemen arsitekturnya adalah arah orientasi, tata massa bangunan di dalam tapak, dan ruang komunal seperti dengan pola permukimanan masyarakat dulu; c) Tindakan pelestarian pada aspek bentuk yaitu dengan cara preventif, preservasi, dan adaptasi, sedangkan tindakan pelestarian pada aspek fungsi yaitu preservasi, adaptasi, dan rekonstruksi. Upaya pelestarian dengan aspek bentuk dan fungsi dilakukan agar budaya lampung tidak tergerus oleh zaman saat ini dan agar budaya tetap terjaga baik benda maupun nilainya.
Referensi
Capon, David Smith. 1999a. Le Corbusier Legacy: Architectural Theory Volume Two. New York: John Wiley & Sons.
———. 1999b. The Vitruvian Fallacy: Architectural Theory Volume One. New York: John Willey & Sons.
Fauzy, Bachtiar, dan Purnama Salura. 2012. “Memahami Relasi Konsep Fungsi, Bentuk Dan Makna Arsitektur Rumah Tinggal Masyarakat Kota Pesisir Utara Di Kawasan Jawa Timur.†Dimensi 38 (2): 79–88.
Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat-Budaya Lampung. Bandung: Mandar Maju.
Koentjaraningrat, Raden Mas. 1974. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan: Bunga Rampai. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Primayudha, Novrial. 2012. “Makna Penerapan Konsep dan Tanda Siger pada Fasad Arsitektur Bangunan Publik dan Lingkungan Nonhunian di Provinsi Lampung.†Universitas Katolik Parahyangan.
Rusdi, Umar. 1986. Arsitektur Tradisional Daerah Lampung. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
Salura, Purnama. 2010. Arsitektur yang Membodohkan. Jakarta: Cipta Sastra Salura.
Suryono, Alwin. 2015. “Aspek Bentuk dan Fungsi Dalam Pelestarian Arsitektur Bangunan Peninggalan Kolonial Belanda Era Politik Etis di Kota Bandung.†Bandung: Disertasi Universitas Katolik Parahyangan.
Suryono, Alwin, Antariksa Sudikno, dan Purnama Salura. 2013. “Conservation of Dutch Colonial Architecture Heritage on Rectorate Building of Education University of Indonesia in Bandung.†Journal of Basic and Applied Scientific Research 3 (8): 418–22.
Syarif, Rislan. 2017. Pengaruh Warisan Budaya Perahu pada Arsitektur Tradisional di Lampung. Lampung: Aura Publishing.