Konsep Pola Permukiman Spasial di Kasepuhan Ciptagelar

Penulis

  • Susilo Kusdiwanggo Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 167, Malang

DOI:

https://doi.org/10.31815/jp.2016.11.29-42

Kata Kunci:

Budaya padi, budaya bermukim, permukiman, spasial, Kasepuhan Ciptagelar

Abstrak

Leluhur Ciptagelar yang dikenal sebagai komunitas Pancer Pangawinan adalah masyarakat adat berdasarkan pada budaya padi, yaitu masyarakat yang masih memiliki keyakinan, kepercayaan, dan religi pada padi. Mentalitas asli leluhur Ciptagelar adalah berbudaya padi huma dengan paparakoan sebagai atribut, karakternya, dan jejak spasial masyarakat peladang. Ngalalakon adalah satu bentuk sistem kepercayaan budaya padi yang wajib dijalankan. Ngalalakon merupakan aktivitas memindahkan permukiman ke titik nadir. Budaya bermukim dipengaruhi oleh ritual ngalalakon ini. Bagaimanakah konsep pola spasial permukiman dari leluhur Ciptagelar yang berbasis budaya padi dan selalu berpindah ? Tulisan ini bertujuan menggali konsep dasar yang melandasi pola spasial permukiman pada masyarakat budaya padi di Kasepuhan Ciptagelar. Melalui metode etnografi, unit-unit informasi dianalisis secara thick description dan domain analysis hingga membangkitkan konsep spasial sebagai salah satu tema kulturalnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparakoan huma menjadi rujukan dasar atas konsep pola spasial permukiman di Kasepuhan Ciptagelar. Pola spasial permukiman Kasepuhan Ciptagelar tidak semata berorientasi pada pembangunan fisik saja, melainkan juga sebagai usaha membangun keyakinan untuk peningkatan dan penyempurnaan diri. Peran dan kehadiran Leuit Jimat menjelaskan bahwa permukiman Ciptagelar merupakan refleksi dan bentuk penyempurnaan atau akumulasi terkini dari pencapaian puncak-puncak kebudayaan padi dari generasi Ciptagelar sebelumnya.

Referensi

and Agrarian Ecology in Yucatán, 1800-2000. Journal of Anthropological Research, Vol. 62, No. 4 (Winter, 2006), pp. 449-470. http://www.jstor.org/ (diakses 28 Agustus 2013).

Amith, Jonathan D. 2005. Place Making and Place Breaking: Migration and the Development Cycle of Community in Colonial Mexico. American Ethnologist, Vol. 32, No. 1 (Feb., 2005), pp. 159-179. http://www.jstor.org/ (diakses 28 Agustus 2013).

Binford, Lewis R. 2001. Constructing Frames of Reference: An analytical method for archaeological theory building using hunter-gatherer and environmental data sets. Berkeley: University of California Press.

Creswell, John W. 2003. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. 2nd Edition. Sage Publication.

Ekadjati, Edi. S. 1980. Masyarakat dan Kebudayaan Sunda, Bandung: Pusat Ilmiah dan Pembangunan Regional Jawa Barat.

Gupta, Akhil, and James Ferguson. 1992. Beyond "Culture": Space, Identity, and the Politics of Difference. Cultural Anthropology, Vol. 7, No. 1. (Feb., 1992), pp. 6-23. http://www.jstor.org/ (diakses 26 Mei 2015).

Hedberg, Charlotta and Kaisa Kepsu. 2003. Migration as a Cultural Expression? The Case of the Finland-Swedish Minority's Migration to Sweden. Geografiska Annaler. Series B, Human Geography, Vol. 85, No. 2. Pp. 67-84. (diakses 28 Agustus 2013).

Jokisch, Brad D. 2002. Migration and Agricultural Change: The Case of Smallholder Agriculture in Highland Ecuador, Human Ecology, Vol. 30, No. 4, pp. 523-550. (diakses 28 Agustus 2013).

Knapp, Ronald G. 1997. Geographical, in Paul Oliver (ed). 1997. Encyclopedia of Vernacular Architecture of the World. Chambrige University Press, pp. 43-45.

Kunz, E. F. 1973. The Refugee in Flight: Kinetic Models and Forms of Displacement, International Migration Review, Vol. 7, No. 2 (Summer, 1973), pp. 125-146.

Neuman, W. Lawrence. 2006. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. 6th Edition. Pearson International Edition.

Nuraini, Cut. 2014. Bincar-Bonom sebagai Basis Tata Ruang Permukiman Desa Singengu. Disertasi. Yogyakarta: UGM.

Nuryanto. 2006. Kontinuitas dan Perubahan: Pola Kampung dan Rumah dari Kasepuhan Ciptarasa ke Ciptagelar di Kabupaten Sukabumi Selatan – Jawa Barat. Tesis. Bandung: ITB.

Parimin, Ardi P. 1986. Fundamental Study on Spatial Formation of Island Village : Environmental Hierarchy of Sacred-Profane Concepts in Bali. Dissertation, Osaka: Osaka University.

Rahaju, SLT. 2005. Gagasan Pengaturan Tempat pada Masyarakat Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Disertasi. Bandung: ITB.

Rejeki, VG Sri. 2012. Tata Permukiman berbasis Punden Desa Kapencar, Lereng Gunung Sindoro, Kabupaten Wonosobo. Disertasi. Yogyakarta: UGM.

Salura, Purnama. 2005. Dinamika Perubahan Konsep Bentuk dan Makna Arsitektur pada Masyarakat Sunda di Kampung Dukuh, Kampung Ciherang, Kampung Palasah. Disertasi. Bandung: ITB.

Salura, Purnama. 2007. Menelusuri Arsitektur Masyarakat Sunda. Bandung: Ciptasastrasalura.

Saputra, Suria. 1950. Baduy. Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Sumardjo, Jakob. 2003. Simbol-Simbol artefak Budaya Sunda: Tafsir-Tafsir Pantun Sunda, Bandung: Kelir.

Williams, Raymond. 1979. Politics and Letters: Interviews with New Left Review. New York: Schocken.

Tjiptoherijanto, Prijono. 2000. Mobilitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. http://www.bappenas.go.id/ (diakses 29 Agustus 2013).

Unduhan

Diterbitkan

05/10/2016

Cara Mengutip

Kusdiwanggo, S. (2016). Konsep Pola Permukiman Spasial di Kasepuhan Ciptagelar. Jurnal Permukiman, 11(1), 29–42. https://doi.org/10.31815/jp.2016.11.29-42

Terbitan

Bagian

Artikel